9 SURAT
MISTERIUS
“DOOOOOOR........!”
Potongan bakso urat yang tengah Ryo
sendok hampir saja meloncat entah ke mana saking kagetnya. Karna tiba-tiba saja ku menggebrak kursi kantin yang
sedang ia duduki. Kemudian ku menarik kursi yang satunya lagi dan kami pun
saling berhadapan. Hahahaha, ku selalu girang bila berhasil menjahilinya.
“kaget ya?” tanyanku sambil
merapikan poniku yang menutupi sebatas alis.
Ryo diam, pura-pura tidak
mendengarku sambil terus melahap bakso pesanannya.
“Ryo nyebelin....” ucapku. Nadaku
kini berganti sinis.
“Hmmm, aku? Bukannya kau yang
nyebelin....... ngagetin orang sembarangan ! kalau saya mati keselek bakso sama
sendok-sendoknya , gimana? Kau mau?”
Kemudian saya terbahak mendengar
pernyataan Ryo. Tawaku pun menambah ramai suasana kantin WALET ini.
“maap deh. Niatku kan bikin kau
senang. ku tidak niat buat kau mati konyol gara-gara bakso, maap ya ...
pliiiiiissssssss..”
Ryo masih pura-pura sibuk dengan
baksonya yang hampir habis. Merasa tidak gubris saya pun menarik-narik lengan
kemeja Ryo.
“iya,” jawab Ryo sambil meneguk segarnya es jeruk.
“lagian kenapa sih, kayaknya lagi
senang banget, fi?” lanjut Ryo.
Saya hanya tersenyum manis.
“yo, tadi saya nemu surat ini di atas mejaku”
Saya pun mengeluarkan surat dari
tasku dengan hati-hati sekali.
Teruntuk
bunga pemilik sagala keindahan
Wangimu
menawan
Meski
hanya ku cium dari kejauhan
Kau
ibarat embun
Dan
aku
Jiwa
sunyi seorang penyamun ......
“apa ini?”
‘tidak tau yang jelas itu surat ke-6
yang pernah ku terima, tanpa nama pengirim. Sebenarnya dari kemaren ku mau
cerita sama kau, tapi ku malu,”
“penggemar rahasia mungkin,”
“Surat-surat yang kemarin juga
isinya puisi?. Hmmm...”
“Kau suka?”
Ku hanya mengankat bahuku.
******
Wahai
bunga pemilik segala keindahan
Ijinkan
kusulang rindu di cawan hatiku
Tentangmu
dan tentang pagi
Yang
teramat ku nanti
:bungaku
Ini surat misterius ke-7 yang ku
terima setelah surat yang ku beritahukan kepada Ryo dua hari yang lalu di
kantin Walet. Surat ini ku titip dengan Ryo sesudah mata kuliah terakhir.
Ryo adalah sahabat dekatku sejak SMP. Dulu
kami selalu sekelas, tapi kami berpisah di bangku SMA karna ku sekolah di luar
kota. Ryo orangnya pintar, aku akui itu. Banyak penghargaan yang dia terima
selama ini. dan Ryo cowok yang baik, terbukti sampai detik ini dy tetap mau
jadi sahabatku meski ku bukan orang yang berada seperti dirinya. Tapi sayang,
orang tuanya bercerai tahun yang lalu. Hampir smua ceritasedih hidupnya, dy
ceritakan padaku. Ku memang tak bisa banyak membantu, tapi baginya keberadaanku
cukup mengurangi babannya.
Ya ya ya ... kalian tau? Sampai umur
18 tahun ku hanya pernah berpacaran sekali, namaya Leo, dia teman Ryo dalam
clup futsal. Berawal dari kekaguman akhirnya ku begitu mencintainya. Segala apa
yang ada di diri Leo ,membuatku selalu terpesona. Namun kebersamaanku tak
lama,hanya dua bulan kemudian kami putus.
******
Ke esokan harinya, setelah mata
kuliah pertama selesai, ku melihat isi binder Ryo dan membandingkan tulisannya
dengan tulisan yang ada di surat misterius itu. Ternyata sama.
“tulisanmu sama dengan tulisan di
surat-surat misterius yang selama ini ku terima. Tapi tidak mungkin kalau kau
pengirimnya, lagian mana bisa kau buat
puisi-puisi romantis kayak gini, Hahaha ... siapa ya, yo? Kau tau Ari anak
sosiologi atau agus teman futsalmu? Waktu itu dy sempat PDKT tapi ku tidak
tanggepin. Atau jangan-jangan ...”
BRUUUUUKK!
Ryo langsung membanting binder yang
sedari tadi ia genggam.
“Ryo! Kenapa sih? Kok kau sewot
begini?” sambil terperangah melihat tingkah Ryo.
“Fi faivi sijaya! Jadi Cuma ini kau
jadi ganggu saya mencatat?” suara Ryo meninggi. Beberapa siswa yang berada
dalam kelas pun seketika menatap kearah kami.
Ku tak mengucapkan apa-apa. Bibirku
bergetar, mataku berkaca. Baru kali ini Ryo membentakku sekeras itu. Aku pun
berlalu tanpa berpamitan padanya.
“maafkan aku fi, entah kenapa aku
merasa risih ketika kau sebut nama ari,agus,atau siapa tadi.... maafkan aku fi”
Fi,
mata air sejuta keindahan
Darimu
aku bermimpi
Bahagia
meski memendam sendiri
Rasa
luar biasadari sosok yang biasa
Ah,
aku ingin terus merindumu
Sampai
kau benar-benar berlalu dari senjaku
Ryo terus meminta maaf padaku,
telfonnya tidak ku jawab-jawab. Pesannya pun tak ku balas, ku juga tak
menghiraukan ajakannya untuk berangakat bersama ke kampus.
Teruntuk fi faivi,
bunga terindah yang pernah ku temui...
Maaf bila kukatakan
cintalewat tinta
Juga lewat kertas tak
bermakna
Aku bukan ahli konsep,
aku sosok berani
Aku hanya punya ini;
Cinta tulus untukmu
dari sanubari
Sekali lagi ... maafkan
aku, fi
PRAAAAAAK ...!! ku menepuk bahu Ryo.
“hei Ryo dirgantara! Ternyata kau ya
penulis surat misterius itu?”
“Ssssssst, jangan keras-keras, ini
perpustakaan!” ucap Ryo sembari
membungkam mulutku. Ku hanya tersenyum kemudian duduk di samping Ryo.
“maaf ya, fi”
“Untuk apa?”
“ini, kuangsurkan surat ke-9 yang ku
tulis untukmu. Bukan karena sudah ketahuan olehmu, tapi karena aku sudah tak
sanggup memendam dan yakin harus mengatakan apa”
“makasih ya yo, aku suka semuanya”
“masa?” Ryo terngaga tak percaya.
“maaf aku lancang fi, tapi aku tidak
bisa bohong, aku sayang kau lebih dari sahabat, sumpah” ucapnya dengan nada
yang gugup.
“aku juga sayang kau yo” ucapku
dengan pipi memerah.
“kau tak bercanda kan fi,? Kau
terima cintaku?” tanya Ryo dengan rasa tak percaya.
“iya, ku terima cintamu”
“YEEEEEEEEEES”. Ryo bersorak
kali
ini aku yang membungkam mulut Ryo “upps ini perpustakan”.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking